Segarnya Laba Air Isi Ulang
Inspirasi Biru
17 Oktober 2016
Suatu hari, air di restoran milik Yantje Wongso habis karena PDAM di daerahnya mati. Yantje harus mencari solusi untuk mengatasi masalah air ini. Saat melihat toko air minum isi ulang Yantje ragu akan kualitas airnya, apakah layak minum secara Langsung. Padahal toko tersebut sangat ramai. Hal itu justru menimbulkan rasa penasaran yang tinggi mengapa usaha seperti itu bisa laris manis. Dari hasil riset, ia kemudian menyimpulkan faktor utama mengapa toko air minum isi ulang tersebut bisa ramai didatangi pembeli adalah karena harganya yang sangat murah, kurang Iebih 1/3 dari harga galonan AMDK merek terkenal.
Yantje pun berpikir bahwa seharusnya walaupun dengan harga murah tetap dengan kualitas air yang baik. “Karena selama saya studi di california selama 2 tahun saya minum air minum isi ulang melalui vending machine di depan supermarket. Harganya juga kurang Iebih 1/4 dari harga air minum yang dibeli di dalam supermarket tersebut.” Selain itu menurut Yantje air minum adalah kebutuhan pokok yang akan terus dibutuhkan masyarakat, jika dibarengi dengan kualitas yang baik dan harga yang murah maka akan menciptakan peluang usaha yang menjanjikan. Lalu pada langgal 22 Mei 2002, Yantje mencoba membuka depo air minum Biru sebagai usana pribadi. Melihat reaksi yang bagus maka franchise depo air minum Biru diluncurkan bulan November 2006 dalam satu pameran franchise di Jakarta. Saat itu telah ada 7 gerai Biru, 4 gerai di Surabaya yang berstatus milik sendiri dan 3 gerai berupa pengembangan dari 1 gerai pilot project franchise di Jakarta yang dioperasikan oleh pihak ketiga di tahun 2003. “Usaha depo air minum Biru adalah usaha ritel yang sangat mementingkan aspek Iokasi toko dan juga bagaimana mengelola keseharian dari toko tersebut sehingga dapat menjaga kualitas produk dan pelayanan yang terbaik dan dapat memuaskan pelanggannya.”
Yantje juga menambahkan dalam sehari, depo minum bisa mengisi Iebih dari 300 galon. Sejak kehadirannya franchise Biru saat ini telah berkembang menjadi 258 gerai di 26 kota besar. Yantje mengatakan bahwa kelebihan dari usahanya adalah produk air minum yang melayani dengan kuat, satu pasar yang besar dengan fitur utama maunya sekaligus bagus kualitasnya dan juga murah harganya. Sementata itu untuk investasi yang ditawarkan untuk membuka gerai Biru mulai sekitar Rp 420 juta, termasuk franchise fee, pembelian peralatan / permesinan, biaya training, biaya pemasaran, dan biaya startup lain untuk membuka gerai. Biaya tersebut diluar biaya Iokasi dan renovasi / bangunan, yang bergantung pada apa yang dimiliki oleh calon franchisee. Franchise fee dan royalty fee adalah bagian dari tata cara bagi hasil usaha antara franchisor dan franchisee. “Ada royalty fee atau imbalan manajemen sebesar 9% dan biaya marketing bersama 1%,” ujar pria kelahiran Surabaya ini. Lebih Ianjut penyuka jogging ini mengatakan franchise Biru adalah usaha yang sudah proven, teruji, terbukti dan tingkat risikonya sangat minimal.
Jangka waktu kerjasama franchise di Biru adalah 10 tahun dan franchise dapat BEP sekitar separuh dari jangka waktu itu yaitu sekitar 5 tahun. Kriteria BEP adalah terhadap besaran investasi yang dikeluarkan untuk pembukaan gerai termasuk biaya renovasi, biaya sewa Iokasi, peralatan, pemasaran awal. dan sebagainya. Sedangkan untuk bisa menjadi franchisee Biru yang pertama adalah memiliki minat dan kesesuaian dengan usaha depo air minum Biru. Keduanya harus memiliki modal usaha yang cukup dan yang ketiga adalah lokasi usaha. Aspek operasional dan Iain-lain untuk merealisasikan gerai Biru yang profitable adalah bagian dari pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh franchise Biru. “Jadi calon franchisee akan dibimbing untuk mempelajari usaha Biru dan akan selalu didampingi dan didukung daiam menjalankan usaha ini. Walaupun franchisee hanya mempunyai 1 gerai, tetapi franchisee mempunyai back-up support team yang Iengkap di kantor Biru Central,” tutur penggemar Tung Desem Waringin ini. Selain memberikan dukungan, biia ada kerusakan barang dan instalasi peraIatan / permesinan ada jaminan yang sesuai dengan perjanjian franchise.
“Ada klausal buy-back policy yang mengatur pembelian balik peralatan/permesinan bilamana usaha Biru tidak berlanjut atau tutup.” Lebih Ianjut anak ketiga dari lima bersaudara ini berbagi tips jika ada yang ingin membuka usaha yang sama dengannya. Yantje mengatakan bahwa seringkali seseorang yang memiliki dana yang dikumpulkan dari tabungan selama berpuluh tahun, sehingga akan makan waktu. Belum Iagi jika usaha tersebut gagai maka akan perlu usaha yang lebih besar Iagi daiam mengumpulkan modal Iagi. “Sebaiknya dana tersebut dikelola dengan Iebih aman dan resiko minimal yang juga sekaligus memberikan profit usaha yang jauh Iebih besar daripada hanya sekedar ditabung bank,” tandas peraih Asia Pacific Entrepreneurship Award, APEA 2013.